“Sayang, gimana kalau kita Umroh bareng?”
Kalimat itu terlontar spontan dari suamiku suatu malam. Aku sempat bengong, karena niat Umroh belum pernah benar-benar kami bahas serius. Tapi setelah menatap matanya yang sungguh-sungguh, aku cuma bisa mengangguk pelan.
Beberapa minggu kemudian, kami daftar lewat Kelana Haramain Travel yang menawarkan paket Umroh Plus Aqsho. Awalnya, aku pikir ini cuma perjalanan ibadah biasa. Tapi ternyata, ini jadi perjalanan paling bermakna sepanjang hidup kami.
Langkah Awal: Hijrah dalam Kebersamaan
Sejak menikah, kami selalu pengin punya momen spiritual berdua.
Selama ini, hidup terasa cepat — sibuk kerja, sibuk dunia, sampai lupa istirahatkan hati.
Maka Umroh Plus Aqsho jadi cara kami “reboot” kehidupan rumah tangga: bukan untuk liburan, tapi untuk mendekat pada Allah سبحانه وتعالى bersama.
Madinah jadi pemberhentian pertama.
Begitu menjejakkan kaki di Masjid Nabawi, suasananya seperti pelukan lembut yang menenangkan.
Kami duduk berdua di pelataran masjid, saling diam, tapi rasanya seperti sedang bicara lewat hati.
Dari Makkah Menuju Tanah Para Nabi
Setelah menyelesaikan ibadah Umroh di Makkah, perjalanan dilanjutkan ke Palestina.
Sepanjang perjalanan, aku genggam tangan suamiku erat-erat. Ada rasa campur aduk: haru, deg-degan, tapi juga bahagia luar biasa.
Begitu kubah perak Masjidil Aqsho mulai terlihat, air mata otomatis jatuh.
“Subhanallah… kita benar-benar di sini,” bisikku pelan.
Dia hanya menatap, tersenyum, lalu menunduk — menahan haru yang sama.
Saat itu aku sadar, ini bukan cuma perjalanan fisik. Ini perjalanan hati — tentang cinta yang tumbuh bukan karena dunia, tapi karena iman.
Masjidil Aqsho: Tempat Cinta Tumbuh dalam Doa
Berdiri berdua di pelataran Masjidil Aqsho, aku merasa waktu berhenti.
Angin sepoi membawa aroma sejarah dan doa.
Pemandu kami berkata,
“Inilah tanah tempat Rasulullah ﷺ diangkat menuju langit. Tempat para nabi menundukkan diri di hadapan Allah سبحانه وتعالى.”
Kami shalat bersama di dalam masjid. Suamiku menjadi imam, aku berdiri di belakangnya.
Suara takbirnya bergetar, mungkin karena air mata yang menetes di pipinya.
Dan aku… hanya bisa menahan tangis.
Aku merasa inilah cinta sejati — bukan di kafe mewah atau tempat romantis, tapi di rumah Allah سبحانه وتعالى, tempat hati disatukan dalam doa.
Pelajaran Iman dan Cinta dari Palestina
Beberapa hari di Palestina membuka mata kami tentang banyak hal.
Kami melihat anak-anak kecil yang tersenyum meski hidup di tengah tekanan, dan orang tua yang tetap berdzikir meski dunia tak berpihak.
Mereka punya sedikit, tapi hatinya kaya.
Suamiku sempat bilang,
“Kita sering ngeluh soal hal-hal kecil di rumah. Tapi lihat mereka — mereka bahagia dengan apa yang Allah kasih.”
Aku hanya mengangguk, menatapnya sambil tersenyum.
Di sanalah kami belajar, bahwa pernikahan bukan tentang siapa yang lebih benar, tapi siapa yang lebih banyak bersyukur.
Umroh Plus Aqso, Bukan Sekadar Perjalanan
Program Umroh Plus Aqso ternyata lebih dari sekadar ziarah.
Bagi kami, ini perjalanan menyatukan iman dan cinta.
Setiap langkah di Makkah mengajarkan ketundukan, setiap waktu di Madinah menumbuhkan kasih, dan setiap detik di Aqsho memperkuat doa agar rumah tangga kami selalu dalam ridha Allah سبحانه وتعالى.
Kami bersyukur memilih paket dari Kelana Haramain Travel, yang nggak cuma profesional, tapi juga punya pembimbing rohani yang inspiratif banget.
Perjalanan terasa aman, nyaman, dan penuh makna spiritual yang dalam.
Akhir yang Menggetarkan, Awal dari Doa Baru
Malam terakhir di Yerusalem, kami duduk di bawah cahaya bulan, memandang Masjidil Aqsho dari kejauhan.
Tanpa kata, kami berdoa dalam hati masing-masing.
Aku minta agar cinta kami selalu dijaga dalam ketaatan.
Dia minta agar kami bisa kembali lagi ke sini — mungkin bersama anak-anak kami nanti.
Sebelum pulang, kami sempat berjanji:
“Kalau nanti hati mulai jauh dari Allah سبحانه وتعالى, ingat lagi suasana di Aqsho.”
Dan sejak hari itu, setiap kali kami berselisih paham, kami saling bilang,
“Ingat Aqsho ya…”
Kalimat sederhana, tapi ampuh mengembalikan suasana hati.
Perjalanan kami lewat Umroh plus Aqsho bukan sekadar catatan di paspor, tapi bekas mendalam di hati.
Karena di tanah suci itulah, kami belajar bahwa cinta sejati bukan tentang saling memiliki, tapi saling menuntun menuju surga. 💖








